Mengulas Kelebihan dan Kekurangan Pinjaman Online Tenor Panjang

Berbicara tentang pinjaman online tenor panjang, saya jadi ingat kejadian sekitar 2 tahun lalu. Pada waktu itu, teman-teman pak suami di tempat kerja pada sibuk mengambil kredit di salah satu bank terbesar di tanah air. Rata-rata mereka meminjam ratusan juta. Bagian yang menjadi sorotan saya dan pak suami adalah lama waktu peminjamannya yang rata-rata 8 tahun, 10 tahun hingga 15 tahun. Mayoritas kredit tersebut mereka jadikan untuk membeli rumah, tanah, kendaraan maupun untuk biaya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tak sedikit juga yang mengajukan KPR.

Berhubung lagi ramai yang mengajukan kredit, awalnya kami pun mulai tergoda. Siapa sih yang tidak ingin punya rumah dan kendaraan ya. Pak suami pun meminta selebaran syarat dan tenor kredit di bank tersebut. Pada malam harinya, kami menghitung-hitung, mengalikan dan mendiskusikan bersaman untung rugi jika memakai fasilitas tersebut. Segala sesuatu pastilah ada kekurangan dan kelebihannya. Sebelum terlanjur alangkah baiknya sebagai konsumen harus tahu dulu apa kerugian atau kelemahannya, jangan sampai ada sesal di kemudian hari. 

Secara sederhana, maksud pinjaman online tenor panjang adalah kredit yang waktu pelunasan atau angsurannya lama. Berapa lama? Tergantung pada perusahaan atau lembaga keuangan yang menyediakan jasa pinjaman. Ada yang 12 bulan, 24 bulan, 36 bulan, 48 bulan, 60 bulan, 120 bulan, 180 bulan dan seterusnya. Kebalikannya adalah pinjaman online tenor pendek yaitu kredit dengan waktu angsuran atau pelunasan yang singkat seperti 3 hari, 1 minggu, 2 minggu, 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan dan lainnya tergantung lembaga penyedia. Tidak ada patokan sih tetapi umumnya dibawah 1 tahun.


 
Kelebihan Pinjaman Online Tenor Panjang


1. Masa pelunasan lebih lama

Sesuai dengan namanya yaitu tenor panjang, maka masa angsuran kreditnya panjang alias lama. Hal ini sangat menguntungkan bagi mereka yang mempunyai kebutuhan lain yang lebih prioritas. Berhubung masa pelunasan lama dan tidak mendesak, maka bisa menggunakan uang yang ada untuk kepentingan lain yang tidak kalah pentingnya. Mereka tidak perlu mengorbankan salah satu diantara kebutuhan yang ada. 

Misalnya, disaat yang bersamaan si A memerlukan biaya masuk sekolah anak dan juga motor buat anak pergi sekolah. Si A hanya punya uang untuk biaya masuk sekolah saja, sementara tidak punya uang untuk membeli sepeda motor. Dalam hal ini, mengambil kredit dengan tenor panjang seperti 4 tahun atau 5 tahun menjadi pilihannya karena kalau tenornya pendek dia tidak mampu melunasi. Anaknya masih perlu tambahan biaya sekolah dalam 3 tahun kedepan seperti uang jajan, SPP bulanan, uang buku dan lainnya. 


2. Nominal angsuran lebih kecil

Mayoritas orang mencari kredit dengan tenor panjang lantaran jumlah angsurannya yang kecil. Hal ini sangat membantu bagi sebagian orang karena mereka tidak mampu membayar kredit yang durasinya singkat atau pendek. Sebagaimana diketahui, kredit dengan tenor pendek otomatis nominal angsuran lebih besar atau tinggi. 

Misalnya, si A meminjam uang di salah satu bank secara online sebesar Rp 30.000.000 selama 6 bulan. Berarti dia perlu mengangsur sekitar Rp 5.000.000 setiap bulannya. Ini modal atau pokok pinjamannya ya belum masuk bunganya. Kemudian ada si B juga meminjam dengan nominal sama yaitu Rp 30.000.000 tapi jangka waktunya 5 tahun sehingga si B perlu membayar angsuran sebesar Rp 500.000 perbulan belum masuk bunga. Jika dibandingkan, dapat dipahami jangka waktu pinjaman dengan tenor lama jumlah angsurannya lebih kecil.


3. Tidak terlalu memberatkan. 

Poin ini berkaitan dengan poin sebelumnya. Berhubung jumlah angsuran lebih kecil, maka terasa lebih ringan alias tidak memberatkan. Sebaliknya, jika besaran angsuran besar, maka mungkin akan terasa memberatkan. Tak jarang saya menyaksikan ada orang di sekitar yang berhutang untuk membayar angsuran kredit mereka yang telah menunggak. Sayang sekali, hutang dibayar dengan uang hutang pula apalagi dengan hutang berbunga. Seperti ini malah makin menyulitkan keuangan lho. 

Kalau yakin mengajukan pinjaman online selain wajib meminjam di lembaga yang terdaftar di OJK dan resmi, sebaiknya pilihan angsuran disesuaikan dengan kemampuan. Tak sedikit orang berani berhutang melebihi dari kemampuannya membayar. Uang yang akan masuk cuma Rp 5.000.000 tetapi meminjam Rp 15.000.000 dan blank mau melunasi pakai uang dari mana. Ini malah membuat stress, tertekan dan keuangan jadi berat. Kredit yang sehat adalah uang yang akan masuk alias penghasilan Rp 5.000.000 dan meminjam jauh dibawah itu.  Rata-rata para ahli mengajurkan besar angsuran hutang hanya 30 % dari penghasilan. 


4. Bisa mewujudkan mimpi lebih cepat.

Terkait target jangka panjang di masa depan seperti punya rumah idaman sendiri, kendaraan impian dan lainnya, memang membutuhkan waktu bagi mayoritas orang untuk mengumpulkan uang. Dalam kondisi seperti ini, ada dua pilihan yang biasanya muncul. Pertama, bersabar dulu menabung. Kalau tabungan sudah mencukupi baru mewujudkan mimpi. Kedua, meminjam dulu, wujudkan mimpi dulu dan pelunasannya kemudian. 

Misalnya, Si A ingin membeli rumah tapi uangnya masih kurang. Dia hanya bisa menabung sekitar Rp 1.000.000 perbulan. Jika dihitung-hitung, butuh waktu sekitar 20 tahun baginya menabung baru bisa membeli tanah atau rumah yang sederhana. Si A memutuskan meminjam uang Rp 240.000.000 dengan tenor 20 tahun sehingga tiap bulan dia perlu menyetor pokok pinjaman Rp 1.000.000 diluar bunga. Dengan mengambil kredit tersebut, maka dia bisa memiliki rumah lebih cepat tanpa menunggu uangnya terkumpul.



Kekurangan Pinjaman Online Tenor Panjang


1. Total pembayaran berkali lebih besar dari pokok pinjaman. 

Kembali pada cerita saat kami menghitung-hitung pokok pinjaman, tenor dan jumlah angsurannya, maka kami kaget bukan kepalang. Si A mengajukan kredit Rp 50.000.000 selama 5 tahun dengan angsuran Rp 1.000.000 perbulan. Ternyata keseluruhan total yang dia bayarkan yaitu pokok pinjaman awal plus bunga adalah Rp 65.000.000. Ada Si B yang meminjam Rp 150.000.000 selama 10 tahun, maka total yang dia bayarkan menjadi hampir Rp 200.000.000. Nah, teman yang meminjam Rp 300.000 selama 15 tahun ternyata jumlah keseluruhan yang dia bayar hampir mencapai Rp 600.000.000. 

Memang semakin lama jangka waktu pinjaman, maka akan semakin kecil jumlah angsuran sehingga terkesan lebih ringan. Namun, sebenarnya, semakin lama jangka waktu kredit maka jumlah bunga yang dibayarkan juga akan terus bertambah sehingga total pelunasan semakin besar. Kalau tidak percaya, coba teman-teman kalikan di secarik kertas. Bandingkan antara kredit 2 tahun dengan 5 tahun atau 10 tahun, maka akan kelihatan perbedaanya. 


2. Beban psikologis merasa ditekan hutang.

Ada orang bijak mengatakan tidur bisa menjadi tidak nyenyak lantaran teringat akan hutang-hutang. Ya, berhutang atau mengambil kredit disadari atau tidak berpengaruh pada kondisi psikologis seseorang. Terlebih pada orang yang memang dalam hidupnya anti berhutang. Ketika dia terpaksa meminjam dalam kondisi darurat maka dia akan merasa tertekan. Bagaimanapun hutang adalah tanggungjawab. Jika menunggak atau telat maka perasaan jadi gelisah, was-was takut dihubungi oleh debt collector. Merasa malu kalau ketahuan keluarga, teman atau tetangga kalau kedapatan ada pihak penagih datang.

Begitu juga, ketika belum punya rezeki untuk membayar, pikiran jadi mentok mau minjam dana talangan sama siapa dulu. Jadi pusing sendiri mencari-cari tempat memimjam uang. Terjebak pada lingkaran tutup lubang gali lubang yang tidak berakhir. Dalam kondisi ini, hidup bebas tanpa hutang begitu dirindukan. Nah, kalau mau menikmati hidup memang kuncinya memang tidak punya kredit. Namun, kalau terpaksa harus berhutang, usahakanlah mengambil tenor pendek karena beban psikologis yang dialami juga singkat. Selain itu, carilah pinjaman dengan bunga rendah. Hutang dengan tenor panjang plus bunga tinggi otomatis akan mempengaruhi pikiran dalam jangka waktu panjang pula. 


3. Kurangnya gairah bekerja dan hambar saat terima gaji.

Menerima gaji setiap awal bulan begitu dinanti-natikan oleh mereka yang bekerja entah itu para pegawai negeri sipil maupun karyawan swasta. Bayangan akan menerima hasil keringat atau jerih payah sendiri rasanya membahagiakan. Namun, berbeda kalau penghasilan yang diterima sudah tidak utuh. Begitu gaji dipotong autodebet oleh pihak bank maupun harus membayar tagihan tanpa sistem otomatis rasa gembira berganti lemas. 


Suami saya bilang, kalau dia rasanya menjadi tidak bergairah bekerja lantaran uang gaji tidak diterima full. Apalagi kalau pinjaman jangka panjang tersebut membuat keuangan menjadi pas-pasan dan jadi makin susah menyisihkan uang untuk tabungan dan investasi. Wah, rasanya itu seakan-akan capek bekerja saja. Tidak terasa hasilnya, uang habis-habis saja buat bayar hutang dan tidak bisa dinikmati bebas.




4. Meninggalkan warisan hutang.

Poin terakhir ini menurut saya adalah hal yang mengerikan. Dalam kepercayaan saya sedapat mungkin jangan sampai meninggal dalam keadaan berhutang. Hutang tetap menjadi kewajiban yang dibawa mati oleh si mayit kecuali sudah dilunasi oleh ahli waris atau dibebaskan oleh pihak penghutang. Banyak orang yang berusaha agar bisa melunasi hutang karena tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Kematian bisa datang tiba-tiba, tanpa disangka-sangka sehingga membuat orang berpikir seribu kali sebelum berhutang. Saya dan suami termasuk dalam tipe ini. 

Tidak terbayang kalau mengambil kredit jangka panjang 10 tahun, 15 tahun atau 20 tahun. Langsung kepikiran apakah kami akan masih hidup dan bisa melunasinya. Kalau bisa yang ditinggalkan untuk anak-anak dan keluarga adalah harta yang bisa mereka gunakan bukan malah tumpukan hutang. Mewariskan hutang berarti membuat sulit ahli waris. Sudah meninggal masih saja merepotkan, kami tidak ingin seperti itu. Saya pernah membaca, jika seseorang meninggal dan punya kredit yang belum selesai maka secara hukum kredit tersebut tidaklah gugur melainkan wajib dilunasi oleh keluarga yang ditinggalkan. 


***

Setelah mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan  diatas, suami saya menyarankan agar kami menabung saja. Tidak jadi mengajukan pinjaman tenor panjang. Padahal pihak bank mau meminjamkan sampai 300 juta dengan tenor sampai 15 tahun dan langsung cair dalam beberapa hari saja. Kata suami, biarlah hidup sesuai dengan kemampuan, apa adanya daripada berhutang. Belum mampu beli rumah ya harus sabar dengan mengontrak dulu. Belum mampu beli mobil juga harus sabar pakai motor dulu. Kalau tidak kepepet atau darurat sekali ya sedapat mungkin tidak meminjam. 


Nah, demikianlah pendapat saya tentang pinjaman online tenor panjang. Tujuan saya menulis adalah untuk berbagi saja dan mengajak sebagai konsumen lebih cermat. Bukan untuk memprovokasi agar tidak berhutang ya. Apapun pilihannya sepenuhnya berada di tangan teman-teman. Jika teman-teman tertarik dan merasa cocok dengan kelebihan yang ditawarkan maka otomatis juga harus menerima kekurangannya.[]