Memangkas Pengeluaran Popok Sekali Pakai




Postingan kali ini berkaitan dengan ikhtiar saya pribadi dalam mengelola keuangan rumah tangga agar tidak boros dan hemat. Ketika saya mulai belajar menata finansial keluarga, hal pertama yang saya lakukan adalah mencari celah-celah pengeluaran yang sebenarnya masih bisa dikurangi. Salah satunya pospak atau popok sekali pakai. Memangnya selama ini diapers bikin boros? Kalau menurut pendapat saya, iya memang terasa boros khusus untuk finansial keluarga saya. 


Dalam artikel saya sebelumnya mengenai kelebihan dan kekurangan clodi setelah 1,5 tahun pemakaian, saya bercerita kalau dalam sehari bayi saya membutuhkan rata-rata 5 pcs diapers sekali pakai. Dengan kata lain 150 pcs/bulan atau 1.800 pcs pertahun. Setelah saya kalikan dengan harga, jika anak saya full memakai popok sekali pakai dalam 1 tahun, maka biayanya adalah sekitar 1.800 pcs x Rp 2.500 = Rp.4.500.000 atau  Rp 375.000/bulan. Ini baru pemakaian biasa belum termasuk kalau pup berkali-kali dalam sehari, biaya bisa bertambah banyak dari itu. 


Bayi rata-rata memakai diapers sampai usia 2 tahun. Jika ditotal dalam 2 tahun, minimal habis Rp 9.000.000. Rasanya sayang sekali mengeluarkan uang sebesar itu untuk popok yang fungsinya hanya sekali pakai. Setelah kotor kemudian dibuang. Sebenarnya, saya melakukan pemangkasan dan penghematan secara bertahap. Hal ini karena butuh proses membeli stok clodi dalam jumlah yang cukup. Namun, dari waktu ke waktu alhamdulillah biaya membeli diapers sekali pakai selalu terjadi penurunan. Berikut 4 fase yang saya lalui :


1. 0 % popok sekali pakai. Ketika bayi baru lahir atau newborn 0-usia 3 bulan saya memakaikan popok kain dua tali sehingga belum ada pengeluaran untuk popok sekali pakai. Sebenarnya pada fase ini saya sudah punya stok 3 pcs setelan popok kain modern yang ketika saya pasang pada bayi berusia 2 bulan ternyata masih longgar. Terlihat kurang proporsional. Selain itu, alasan utamanya adalah saya merasa popok kain 2 tali lebih nyaman untuk bayi baru lahir. 

 

2. 90 % popok sekali pakai & 10 % clodi. Fase ini ketika bayi saya berusia 3-6 bulan. Pngeluaran popok sekali pakai saya hitung bisa mencapai Rp 150.000-Rp 200.000 /bulan. Pada masa ini dipadukan dengan popok kain modern atau clodi sekitar 3 pasang. Ini merupakan fase transisi dimana saya mulai berpikir menambah alokasi untuk membeli lebih banyak clodi. Berhubung sedang banyak kebutuhan lain, jadi sementara waktu saya dahulukan kebutuhan berdasarkan skala prioritas.  


3. 15 % popok sekali pakai & 85 % clodi. Usia 6 bulan - 16 bulan, saya mulai memakai clodi 85 % dan pospak 10 %. Saya sudah punya  15 set clodi plus 5 insert cadangan dengan total biaya kurang lebih Rp.900.000. Untuk memiliki stok sebanyak itu saya mengangsur membeli dalam beberapa kali. Meski sudah punya popok kain modern alias clodi, saya masih mengeluarkan biaya sekitar Rp 50.000-100.000/bulan untuk popok sekali pakai. Penyebabnya karena musim hujan dan kadang faktor malas-malasan. 


4. Fase tantangan popok sekali pakai 5 % & 95 % clodi dan celana.  Ketika bayi saya berusia 18 bulan, saya tiba-tiba termotivasi untuk menjadi ibu rumah tangga yang lebih produktif lagi dan belajar soal finansial. Saya merasa banyak hal yang bisa saya benahi dan optimalkan agar segera mencapai kebebasan finansial. Sebagaimana saya ceritakan di awal, saya menemukan bahwa pospak menjadi salah satu lubang pengeluaran yang bisa saya tekan. Lebih tepatnya ingin saya tutup. Oleh karena itu, awalnya saya memasang target tidak lagi memakai pospak/pampers. 


Akan tetapi, setelah saya coba saya ternyata masih mengeluarkan uang sekitar Rp. 27.500 pada bulan November 2020 untuk membeli popok sekali pakai. Hampir hujan setiap hari dan beberapa kali saya merasa tidak enak badan sehingga mengurangi aktifitas. Walau belum memenuhi target bebas pampers 100 %, saya merasa senang atas pencapaian saya. Tidak menyangka bisa menekan biayanya hingga sejauh ini. Saya yakin, nanti akan ada fase kelima dimana bayi saya sudah tidak memakai pospak lagi.

 

  

4 Cara yang saya lakukan untuk memangkas pengeluaran popok sekali pakai



Berbicara soal pengeluaran popok, saya selalu ingat sebuah fenomena yang membuat miris. Melihat sebuah keluarga sederhana dimana penghasilan berasal dari kerja serabutan. Kadang ada uang masuk, kadang tidak. Lebih sering mencari pinjaman hutang ke sana sini bertahan untuk bisa makan pada hari itu. Jika ada pekerjaan, gaji sudah diambil duluan atau pas gajian langsung ludes. 


Namun, saya perhatikan mereka hampir setiap hari mengeluarkan uang untuk membeli diapers bayi. Bahkan, saya pernah mendengar ada yang bilang "pergi kerja biar bisa membeli diapers anak." Saya kemudian berkaca dari kehidupan tersebut karena sedikit atau banyak saya merasa pernah mengalami kejadian seperti tersebut. Pernah anggaran menipis di akhir bulan tapi tetap memaksakan diri membeli popok sekali pakai. Saya ingin lebih realistis mengeluarkan uang.


Jika ada yang bisa dihemat maka akan dihemat sehingga bisa dialihkan untuk menambah tabungan atau sisa penghematan bisa juga untuk membeli buah & cemilan anak.  Oleh karena itu, saya melakukan 4 cara yaitu : 


1. Membeli popok kain dua tali dan clodi. Jujur saja, saya tidak pernah berpikir langsung memakaikan popok sekali pakai pada bayi saya yang masih merah. Sekarang ini memang banyak pilihan diapers dengan model yang pas buat newborn tapi saya lebih nyaman memakaikan popok kain  dua tali dari usia 0 hingga 3 bulan. 


Juga sudah turun temurun di keluarga dan lingkungan saya. Lagipula popok kain ini bisa dicuci ulang dan bertahan bertahun-tahun. Hanya perlu mengeluarkan uang sekali saja. Bisa dipakai anak berikutnya jika pandai merawatnya. Oleh karena itu, saya berusaha mendiskusikan dengan suami dan membuat anggaran khusus membeli lebih banyak popok kain. 


2. Meminimalkan membeli stok pampers saat belanja bulanan. Saya belanja bulanan seperti kebutuhan kamar mandi, dapur selain lauk pauk, kosmetik perawatan diri dan lainnya setiap tanggal 1. Kami menemukan sebuah toko grosir yang lumayan murah dimana setiap kali belanja bisa hemat sekitar Rp 25.000-Rp 50.000. Selama ini, kami juga membeli stok popok sekali pakai. Sebuah pack besar atau beberapa pack isi kecil.

 

Setelah saya pikir-pikir tindakan tersebut membuat saya kesulitan mengontrol pemakaian pospak. Berhubung karena stoknya banyak, kami jadi berpikir " ah, kan ada diapers, lagi malas ah mencuci." Atau "tenang saja, hari ini santai-santai saja. Kalau hujan persediaan diapers masih banyak di lemari box". Ya, saya termotivasi terus mengandalkan stok yang ada hingga akhirnya habis dalam waktu singkat. 


Pada bulan November 2020 saya berencana tidak lagi memasukkan popok sekali pakai dalam daftar belanja bulanan saya. Namun, karena hujan mengguyur setiap hari akhirnya saya beli tapi 1 pack kecil saja yang isinya cuma 8 pcs. Ini buat berjaga-jaga saja, karena kalau beli di toko lain nanti harganya jatuh lebih mahal dari toko langganan ini. 


Namun,  saya membuat siasat yaitu menaruh di lemari box berbeda dari tempat clodi agar tidak gampang kelihatan dan tidak kepikiran melulu memakai pampers.  Dengan cara ini, saya berhasil mengurangi biaya popok sekali pakai. Pada bulan tersebut, hanya menghabiskan 1 pack kecil tersebut seharga Rp 17.500 ditambah 4 pcs pospak eceran seharga Rp 10.000 atau Rp 2.500/pcs. Total habis sebulan cuma Rp 27.500. 


3. Berusaha mencuci clodi setiap hari. Ini merupakan cara kunci utama jika saya ingin menghemat biaya. Semakin rajin saya mencuci clodi maka tingkat pemakaian pospak akan menurun. Kalau clodi kering terus maka tidak perlu memakai pospak lagi. Dulu kalau hujan, saya malas mencuci dengan alasan dingin. "Hujan, clodi juga tidak mungkin kering". 


Sekarang, walau hujan saya tetap mencuci untuk mendisiplinkan diri dan menegaskan kalau saya sedang berupaya melakukan penghematan. Jika tidak dicuci atau ditunda-tunda, tidak hanya menyebabkan bau dan kuman penyakit tapi clodi akan semakin lama kering. Semakin ditunda, semakin lama kering dan semakin banyak habis pospak. Kalau -dicuci meski hujan, minimal dalam 2 hari kedepan clodi akan kering juga. Peras hingga semua air keluar kemudian saya gantung pakai jepitan di kamar mandi. 

 

4. Mulai mengenalkan toilet training secepat mungkin. Berhubung bayi saya sudah berusia 18 bulan, saya mulai mengajarkan tentang buang air kecil. Makin cepat bayi paham pelajaran buang air, maka semakin cepat berhenti memakai popok baik itu popok sekali pakai maupun popok cuci ulang (clodi). Sebenarnya, hal ini sudah saya coba kenalkan sejak usia 1 tahun tapi bayi saya masih belum belum bisa mengerti. 


Sebulan belakangan saya coba kembali. Pada siang hingga sore tidak saya pakaikan clodi. Hanya celana pendek tipis. Kalau pakai popok terus khawatirnya bayi tidak kunjung paham keberadaan pipis dan pup. Dengan memakai celana biasa tanpa popok, saya berharap bayi lebih tanggap karena merasa terjadi "sesuatu" yang membuatnya tidak nyaman. Sekarang, alhamdulillah sudah paham. Setiap pipis, sudah bisa bilang pipis walaupun ngasih tahunya setelah pipisnya merembes. Menurut saya, ini merupakan kemajuan. 



***


Saya paham bahwa bagi sebagian ibu, pengeluaran popok sekali pakai adalah hal biasa yang tidak perlu mendapat perhatian. Merasa aman dan baik-baik saja. Namun, saya yakin juga ada segelintir ibu-ibu baru yang merasakan hal seperti yang saya rasakan. Memiliki harapan yang sama dengan saya. Setelah memiliki anak, otomatis biaya rumah tangga bertambah banyak.  Bahkan bisa membengkak jika tidak dikelola dengan baik. Tentunya bagi setiap keluarga jenis pengeluarannya berbeda. Pada kesempatan ini, saya tidak bermaksud kampanye berhenti membeli pospak tapi hanya menantang diri saya sendiri.