Bagusnya Beli Elektronik Online atau Offline? Ini Kelebihan dan Kekurangannya

Walau saya sudah ratusan kali belanja online, entah mengapa jika membutuhkan produk elektronik saya selalu dibuat gundah gulana. Ragu. Terlebih setelah saya kembali ke Sumatera, tinggal di sebuah kota kecil yang terbilang jauh dari pusat jual beli daring.  Misalnya, pada saat saya hendak membeli HP kemaren. Saya sampai menghabiskan waktu sekitar 3 hari dalam kebimbangan.

Juga dulu pas ingin membeli TV LED. Saya sulit membuat keputusan lantaran saya memang lebih senang transaksi daring daripada luring. Sudah terbiasa membeli online sejak tinggal di Jawa dulu. Saya juga tipikal pribadi yang agak malas tawar menawar dengan penjual saat membeli langsung di toko terdekat. Terlebih saat pandemi ini, sedapat mungkin tetap berada di rumah. 

Hanya saja, kalau membeli elektronik online selalu dihantui rasa takut rugi. Takut tidak aman seperti barang pecah dan rusak.  Pembelian online produk seperti gadget seperti HP, kamera, tablet maupun elektronik rumah tangga seperti blender, juicer, ricecooker dan lainnya sebenarnya memang selalu dibayi resiko kerusakan dalam proses pengiriman. Yah, walau ada garansi tapi kalau bisa sih jangan sampai rusak apalagi masih baru dibeli.
 
Agar tidak semakin larut dalam kebingungan dan menjadi lebih mantap membuat keputusan, maka saya mencoba membandingkan antara transaksi non daring dan daring. Bagaimanapun, keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Pada saat tertentu belanja di toko terdekat dari rumah akan menjadi pilihan terbaik. Namun, pada kondisi lain membeli melalui internet juga menjadi solusi jitu.


A. Kelebihan dan Kekurangan Membeli Elektronik Secara Offline


Kekurangan Belanja Elektronik Offline: 

1. Harus menyediakan waktu lebih buat ke toko atau pasar. Seperti cara belanja biasanya yaitu pergi ke pasar jika tidak ada penjual terdekat dari rumah. Cara ini hanya cocok buat mereka yang punya banyak waktu luang dan memang suka melakukan perjalanan. Orang-orang yang bekerja full time mungkin akan kesulitan mencari timing yang tepat karena toko elektronik offline tidak buka 24 jam. Tidak hanya itu, musti lihat cuaca dulu. Pada musim hujan, tentu agak sulit mencari waktu buat ke pasar. 

Pergi ke tempat perbelanjaan juga butuh persiapan dan lebih banyak waktu bagi orang tertentu. Bagi kaum emak-emak, pergi ke pasar akan lebih rempong daripada laki-laki. Siapkan baju dan hijab, make up dan lainnya yang memakan waktu tidak sebentar. Belum lagi bagi yang punya anak, butuh persiapan lebih ekstra lagi kalau mau pergi belanja. 

Juga ada waktu yang dihabiskan selama on the way ke pasar plus ketika berkeliling dari satu toko ke toko lainnya. Bisa menghabiskan hitungan jam. Kecuali sudah punya rekomendasi penjual, kamu bisa langsung membeli tanpa perlu mencari-cari toko yang lebih murah dan profesional.

2. Kurang leluasa melihat dan membandingkan produk. Salah satu yang kerap menganggu bagi saya adalah tidak cukup waktu untuk melihat-lihat produk yang terpajang. Mayoritas karyawan toko jumlahnya terbatas melayani pembeli. Ketika lagi antusias melihat-lihat dan nanya suatu produk, eh tiba-tiba pembeli lain menyela. Atau kadang saya yang segan  banyak tanya karena sudah ada konsumen yang mengantri buat belanja. Apalagi kalau penjual sudah terlihat ingin melayani calon pembeli berikutnya.

Musti nyari toko yang sepi pengunjung biar bebas dan leluasa tapi pedagangnya belum tentu cocok. Belanja di toko favorit dan rekomendasi banyak orang memang akan ramai. Situasi dan kondisi tersebut kerap membuat saya membeli terburu-buru. Bahkan kadang sampai di rumah saya sering kepikiran informasi produk yang tidak sempat saya tanyakan pada penjual. Pernah saya membeli elektronik tapi lupa melihat kartu garansi, tidak memilih variasi warna dan tidak menanyakan apakah ada cabang servis yang terdekat. 

3. Musti pandai menawar. Belanja elektronik offline atau di pasar traditional kamu akan dihadapkan pada keahlian menawar harga. Semakin pandai menawar maka mendapatkan harga murah. Sebaliknya, kalau tidak pandai menawar biasanya terjebak membeli produk dengan harga yang lumayan tinggi.

4. Membuat capek. Ini merupakan alasan lain mengapa saya sebisa mungkin belanja daring. Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, pergi belanja ke pasar sudah pasti butuh tenaga lebih dibanding beli online yang cuma beberapa klik. 

Naluri konsumen adalah mencari pedagang yang menjual produk berkualitas dan harga ramah di kantong. Akibatnya, tidak hanya 1 toko yang akan didatangi tapi beberapa toko untuk dibandingkan. Belum lagi jika pasar jauh dari rumah, secara tidak langsung bisa membuat lelah. Tak jarang, sepulang dari pasar biasanya saya ingin langsung istirahat. 

5. Variasi pilihan kadang terbatas dan kurang up to date. Berhubung saya tinggal di daerah atau kota kecil, umumnya toko elektronik tergolong kecil juga. Sering dijumpai stok yang tidak banyak, jenis pilihan produk yang terbatas atau lebih sedikit dan belum tibanya produk model baru. Kadang pedagang lebih memilih menghabiskan stok lama baru menghadirkan produk baru. 

Saya kemudian mencari toko yang katanya paling besar dan ternyata juga tidak begitu lengkap. Untuk produk penstabil arus listrik misalnya, ketika saya bertanya hanya ada 1 brand saja. Jadi, terpaksa membeli  itu saja. Tidak bisa dibandingkan. Bagi kamu yang tinggal di kota besar tentu ada toko yang lebih lengkap. 

6. Berdesak-desakan dengan pengunjung lain. Saya menjumpai pedagang menyewa ruko-ruko sempit dan menata produk sampai ke jalan sehingga mau masuk toko saja tidak bisa berpas-pasan. Gang yang sempit tidak muat buat 2 orang. Bagian dalam toko sesak karena padat dan para pembeli berdesak-desakan. Walau di kota besar dengan toko besar seperti mall hal seperti ini juga kadang terjadi. Tidak dapat dihindari. 


Kelebihan Belanja Elektronik Offline: 

1. Bisa melihat produk secara real. Enaknya kalau belanja offline adalah bisa menyentuh atau memegang produk. Dapat mellihat spesifikasi barang langsung ini memberikan kepuasan tersendiri bagi sebagian orang. Rasanya barang lebih nyata ukuran dan warnanya.

2. Bisa mencoba atau tes fungsi. Tidak hanya melihat secara langsung, membeli elektronik di toko offline biasanya akan dicoba terlebih dahulu apakah berfungsi dengan baik atau tidak. Misalnya membeli TV LCD, pedagang menyalakan terlebih dahulu, menggunakan tombol, remote dan mencoba fitur lainnya. Hal ini membuat konsumen lebih tenang dan nyaman karena produk jelas bekerja dengan baik. 

3. Tanpa biaya pengiriman. Membeli di pasar atau toko dekat tempat tinggal secara langsung tidak perlu membayar jasa ekspedisi. Namun, kamu tetap mengeluarkan ongkos jika naik angkutan umum dan biaya BBM kendaraan.
 
4. Lebih cepat dimiliki. Nilai lebih belanja elektronik langsung adalah begitu harga deal barang langsung bisa dibawa pulang ke rumah. Dapat langsung dipakai untuk memenuhi kebutuhan. Tidak perlu menunggu berhari-hari. 


B. Plus Minus Membeli Elektronik Secara Online


Kelebihan Belanja Elektronik Online :

1. Tidak perlu keluar rumah. Enaknya belanja elektronik secara online yaitu tidak perlu keluar rumah. Kamu dapat belanja sambil tidur-tiduran, duduk dan saat santai. Bisa pagi, siang, malam atau bahkan dini hari dan subuh.  Juga tidak perlu persiapan pakaian dan dandanan. Cukup pakai baju tidur, daster, celana pendek dan apa adanya di rumah sendiri.  

2. Pilihan yang tanpa batas. Brand-brand elektronik ternama saat ini sudah membuka cabang official store di toko online. Ini berarti terdapat banyak varian atau berbagai jenis produk dari berbagai produsen. Hal ini menjadi kabar gembira, konsumen dapat memilih merek apa saja dan dapat memiliki produk keluaran terbaru dengan cepat. Bahkan produk-produk paling baru berstatus preorder dan segera launching pun bisa ditemukan. 

3. Lebih leluasa melihat dan membandingkan. Proses pencarian produk yang hanya menggunakan kuota internet dan smartphone memungkinkan konsumen untuk lebih bebas dalam memilih. Sebelum membeli, pembeli bisa melihat-lihat dulu sepuasnya serta membandingkan antara produk atau pun toko. Tidak perlu segan dan gugup dengan penjual karena tidak bertemu langsung. Kalau ada yang diragukan bisa menanyakan kepada penjual lewat fitur chat yang tersedia. 

4. Hemat waktu dan tenaga. Belanja elektronik online hanya dengan beberapa klik saja, barang dikemas penjual dan tinggal menunggu kurir mengantar di depan pintu. Hal ini membuat konsumen lebih hemat tenaga dan waktu. Tidak perlu capek dan letih atau pun berhadapan dengan cuaca hujan dan panas. 


Kekurangan Belanja Elektronik Online:


1. Produk rentan rusak dalam pengiriman terlebih jika lokasi kamu jauh. Produk elektronik umumnya dirangkai dengan berbagai sparepart pendukung yang bisa saja lepas atau longgar ketika dalam perjalanan jauh. Terlebih jika kondisi jalan raya yang berlubang.  Bisa juga produk terbentur kalau kurir kurang hati-hati ketika memindahkan atau meletakkan paket. Walau sudah ditambahkan packing ekstra dan diberi tulisan fragile, kerusakan kadang masih bisa terjadi. Hal ini karena elektronik lebih sensitif dibanding produk lain seperti fashion. 

2. Dikenakan biaya ongkos kirim. Hal yang kadang membuat sebagian orang berpikir panjang dan urung belanja online adalah beban ongkir di ekpedisi. Apalagi pengiriman produk elektronik, biasanya lebih berat dan butuh tambahan biaya untuk packing extra seperti penambahan kayu, buble wrap dan kardus berlapis. Terlebih kalau alamat pengiriman diluar Jawa dan di kota kecil seperti saya, wow ongkirnya memberatkan sekali. Walau sudah ada bantuan subsidi gratis ongkir tetap tidak mencukupi.

3. Tidak bisa melihat secara real. Ini adalah faktor mengapa sebagian orang tidak suka belanja online. Barang tidak bisa dilihat secara nyata, hanya contoh berupa foto saja. Walau penjual sudah melengkapi dengan deskripsi secara detail, tetap saja rasanya tidak puas. Tidak dapat memegang atau menyentuh. Takut kalau-kalau produk yang datang ke tangan tidak seperti yang tertera di toko baik itu ukuran, warna dan spesifikasinya. 

4.  Tidak bisa dites fungsinya. Selain hanya bisa melihat gambar produk saja, membeli elektronik secara daring pembeli juga tidak bisa menyaksikan tes fungsi. Ada penjual yang amanah dan mencoba dulu sebelum dikirim serta menyediakan layanan return kalau rusak. Namun, ada juga penjual yang hanya mengirim tanpa tes produk dulu apakah berfungsi normal atau tidak. Alasannya adalah produk masih bersegel dan langsung dari pabrik, kalau ada kerusakan maka bisa menggunakan kartu garansi yang tersedia dan menghubungi produsen.  

5. Tidak bisa segera dimiliki. Jika memutuskan belanja daring, artinya dituntut bersabar menunggu. Produk kadang tidak langsung dipacking oleh penjual tergantung banyak tidaknya antrian pesanan. Kemudian, butuh waktu bagi kurir untuk mengantarkan paket. Minimalnya dari pemesanan hingga penerimaan jika memakai layanan ekpedisi paling cepat memakan waktu 2-3 hari. Kecuali kalau menggunakan jasa pengiriman instan. Sayangnya, layanan instan seperti Grab atau Gojek masih terbatas di kota tertentu. 


C. Jadi, Mana yang Lebih Bagus?

Setelah mengulas dan membandingkan, membeli elektronik online atau pun offline memiliki plus minus tersendiri. Masing-masing ada kelemahan dan keunggulan. Menurut hemat saya, pilihan yang terbaik adalah tergantung pada kondisi dan situasi kamu. 

Misalnya, kalau kamu butuh produk mendesak atau tetap khawatir barang rusak di perjalanan, berarti kamu lebih bagus beli di toko langsung. Pilihan ini akan membuat kamu merasa lebih tenang, nyaman dan aman. Atau kamu tinggal di pusat ibu kota tersedia layanan pengiriman instan dan tidak bisa keluar rumah, membeli online dapat menjadi pilihan. 

Bagaimana dengan saya? 

Ketika masih tinggal di Jawa dulu, saya sebenarnya pernah belanja elektronik secara online sebanyak 3 kali. Membeli kamera digital dan HP di Lazada, alhamdulillah tidak ada kerusakan dan aman. Namun, ketika sudah pindah ke Sumatera saya masih belum berani belanja elektronik online.  Dalam kasus yang saya ceritakan di awal postingan ini, saya akhirnya mantap membeli secara offline di pasar terdekat. Padahal HP tersebut sudah masuk dalam keranjang belanja online, tinggal checkout ke pembayaran. Alasannya adalah :

Pertama, setelah saya bandingkan ternyata harganya kurang lebih sama.  Di official store online, pada waktu itu HP tersebut dibanderol sebesar Rp.1.400.000 dan dikenai ongkos kirim 1 kg sebesar Rp.57.000 ke lokasi saya. Hanya selisih Rp.43.000, saya merasa lebih baik beli langsung agar saya bisa cek fungsi produk dan tidak perlu berhadapan dengan resiko rusak di pengiriman. 

Kedua, bonus tidak pasti.  Pemberian softcase dan kartu perdana di toko online tersebut hanya selama persediaan masih ada. Artinya, tidak ada jaminan saya bisa mendapatkan bonus tambahan. Sementara, di toko offline jika membeli saya langsung diberi 3 bonus yaitu kartu perdana, pelindung layar dan casing. Kartunya juga dibantu mengaktifkan, pelindung layar dan casing dipasangkan. Saya tinggal pakai. Ada sih toko online lain yang memberikan bonus tapi sayanya yang tidak yakin belanja disana. 

Ketiga, saya tidak mengerti cara setting HP baru. Selama ini kalau kalau membeli HP biasanya sudah disetting oleh penjual dan saya tinggal pakai saja. Bahkan aplikasi-aplikasi biasanya juga sudah terinstal. Jadi, saya bingung bagaimana cara pengaturan jika HP masih dalam kondisi baru dari pabrik. 

Keempat, tidak ada layanan packing extra. Setelah saya baca review dari pembeli yang ada, ternyata tidak disediakan layanan packing tambahan. Paket dikirim pakai dus asli dari pabrik kemudian dikasih buble wrap dan ditulis fragile. Saya berharapnya ada dus berlapis, kalau bisa sih packing kayu. Ini di toko yang saya inginkan, toko online mungkin berbeda ya. 

***

Dari pengalaman dan kejadian saya tersebut, saya menyarankan tanya dulu diri kamu sebelum memutuskan. Apa yang memotivasi belanja daring atau mengapa harus beli di toko terdekat saja. Semua pilihan tergantung pada masing-masing konsumen.

Semoga tips dan informasi di atas berguna bagi yang bingung apakah sebaiknya membeli elektronik online atau offline. Oya, informasi perbandingan kelebihan dan kekurangan di atas juga dapat dijadikan pertimbangan untuk membeli apa saja. Tidak terbatas pada HP, kamera atau peralatan elektronik rumah tangga. Bisa juga untuk produk rentan rusak seperti peralatan dan mainan bayi.[]